Ua uznakebn chtoi y mens esxtt jgormnat

1. Brush Up on the Basics Before you can start writing incredible content, you’ll need at least an intermediate understanding of the basic principles of writing. This doesn’t mean you need to enroll…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Tenggelamnya Senja Bapak

Kala azan mulai saling mendengung di lingkungan rumah, ayam-ayam yang setengah mengantuk mulai mencipta suara, di saat itu pula bapak sudah ada di jalanan. Katanya subuh begini banyak para pekerja kantoran yang sepatunya butuh disemir. Iya, bapak adalah tukang semir sepatu. Setiap fajar pelan-pelan muncul di permukaan, hingga berganti senja di kaki langit sana. Bapak setia menanti orang-orang.

Pernah sekali aku terharu dibuatnya. Terharu sekaligus juga merasa kecewa. Saat itu hujan sukses membungkus kota, seharian itu air nyaman jatuh dari langit. Tak ada fajar, tak ada senja, hanya mendungnya langit yang mendominasi.

Bapak tidak pulang ke rumah. Lebih tepatnya bapak lupa jalan pulang. Di hari ketiga menghilangnya bapak, tiba-tiba saja seorang tetangga kami mendatangi rumah. Dari ujung lorong sempit yang satu-satunya jalan itu, sedikit aku bisa melihat bapak lengkap dengan senyumnya yang masih sama saat turun dari rumah. Tetanggaku yang baik hati, betapa mulianya dikau membawa pulang bapak yang dari kemarin tak kunjung ditemukan.

"Bapak bawakan sepatu putih idaman adik."

Dengan air mata yang malu-malu menerobos keluar, aku lihat sepatu yang katanya idamanku itu, bentuknya masih bagus. Hanya ada bekas lepek air hujan hingga tidak kering benar saat dipandang.

"Bapak tidak pulang ke rumah karena cari uang untuk beli sepatu ini?" Kiranya aku harus melontar tanya kenapa bapak menghilang tiga hari ini.

"Bapak lupa pulang, Dik."

"Kok bisa lupa? Kan sudah adik bilang Pak, kalau senja sudah menampakkan diri di langit. Bapak sudah harus pulang. Begitu pun dengan fajar yang mulai membuka hari, itu waktunya bapak bekerja. Adik sering mengingatkan fajar-senja ini agar Bapak ingat waktu. Penyakit demensia ini juga tidak perlu diikut mau, Pak."

Bapak diam seraya senyum-senyum selalu menatap sepatu putih itu.

"Lain waktu biar adik saja yang menjemput bapak di tempat biasa. Jangan pulang kalau hujan, kalau saja fajar dan senja enggan menampakkan diri sebab kalah takdir dengan hujan. Biarkan adik yang menjemput bapak ya," lanjutku.

Di beberapa minggu selanjutnya aku rutin menjemput bapak. Fajar dan senja adalah alarm bapak pulang ke rumah. Jika hujan membasuh perkotaan, membuat matahari yang terbit dan terbenam tak terlihat lagi. Maka sebagai tugasku menjemput bapak kembali ke rumah.

Namun, begitu sayang seribu sayang, ternyata tuhan tak mengizinkan aku menjemput bapak lagi. Ini menjadi hal yang paling haru sekaligus sangat mengecewakan. Hanya bisa melihat bapak dari jendela di atas langit sini. Menyaksikan pedihnya kehidupan bapak tanpa fajar dan senja. Menonton kesaksian bapak yang begitu setia menanti anaknya menjemput pulang.

Di tengah guyuran hujan yang ada di bumi. Di antara tetes basah hujan yang entah kapan ada selesainya itu. Bapak masih bertahan, menungguku datang.

Bapakku yang paling pelupa, ditempur oleh penyakit mental yang orang jenius sebut demensia si gangguan otak. Aku menitipkan pesan ini lewat suara hujan yang ada di sana. Aku benar-benar sudah pulang, Pak. Pulang sendirian ke langit, truk besar berisi pasir yang membawaku ke sana. Aku ditabrak, dan tiba-tiba saja ada di sini.

Mohon bapak lekas pulang ke rumah, akan aku maki si fajar dan senja yang tidak turun ke bumi hari ini.

Sekali lagi, aku pulang Pak. Benar-benar pulang ke tuhan. Sampai ketemu lagi!

Add a comment

Related posts:

What is the best business model?

As a coach for business models I get these questions a lot: What is your favorite business model? What business plan would you use? What is the best business model? Which business model should I use…

Franco Casalini slaccia per sempre le scarpette rosse

Ci ha lasciati qualche giorno fa a 70 anni Franco Casalini, morto per infarto nella sua abitazione. Tutto l’ambiente dell’Olimpia Milano è scosso da questa terribile notizia, nessuno era pronto a…

Mental Health And Graphic Designer!

It all comes from above, nope not above the clouds, look little below, again wrong, not from your celling, climb a little down, what do you have in your head? Brain! This is the Central Hub for all…